Anak-anak kita dalam dua
dasawarsa belakangan ini memang cenderung lebih gemuk dari generasi sebelumnya
lantaran menunya sudah lebih kebarat-baratan. Lebih buruk lagi, sudah diakui
umum kalau menu Barat tergolong bukan menu seimbang. Lebih banyak porsi lemak
daripada karbohidrat dan protein.
Menu tinggi lemak
menambah besar asupan kalori tubuh. Ditambah pula dengan kecenderungan anak
sekarang yang rata-rata menyukai penganan yang serba manis. Total jenderal
asupan kalori harian anak melebihi kebutuhan tubuhnya. Selalu ada kalori
berlebih yang harus disimpan menjadi gajih, dan itu yang menjadi penyebab
kegemukan.
Bahkan, sejak usia bayi,
anak sekarang sudah berisiko kegemukan. Tidak sedikit ibu yang memberikan
makanan padat pertama sebelum bayi berumur 6 bulan. Padahal, sampai berumur 6
bulan bayi cukup diberi susu saja. Paling ideal jika memilih ASI, dan ASI-nya
eksklusif. Baru setelah lewat umur 6 bulan, bayi mulai diberikan makanan padat
pertama, yakni bubur susu. Setelah berumur 8 bulan baru mulai diberikan nasi
tim, selanjutnya setelah berusia setahun mulai diberi menu orang dewasa.
Bayi yang kelewat dini
diberi makanan padat akan berisiko kegemukan. Kalau normalnya bayi berumur 5
bulan berat idealnya dua kali berat lahir dan ketika berusia setahun tiga kali
berat lahir, jika terlalu dini diberikan makanan padat, berat badannya akan
melebihi teman sebayanya.
Sering ibu tidak tega
mendengar tangisan bayi yang minta lebih banyak makan, lalu memberi biskuit
atau bubur, bahkan nasi tim sebelum waktunya. Bukan saja menjadikan anak lebih
gemuk dari anak seumurnya. Bayi yang kelebihan makan dan diberikan menu yang
belum waktunya diberikan, berisiko memikul ancaman sejumlah penyakit nantinya.
Utamanya diabetes, selain komplikasi kegemukan lainnya.
Bayi yang dari kecil
sudah kegemukan, sel-selnya bukan saja lebih banyak dibanding bayi normal,
melainkan juga lebih besar ukurannya. Hal itulah yang membuatnya menjadi gemuk
sampai usia dewasa, dan tidak bisa dikempiskan kembali. Itu sebab, sebagian
besar bayi yang gembrot akan menjadi orang dewasa yang gembrot. Kita tahu, yang
sehat itu tidak gemuk, tetapi juga tidak kurus. Remaja Amerika tahun 1980-an
sudah mengidap kolesterol tinggi selagi masih muda, dan itu sebab serangan
jantung koroner generasi sekarang sudah muncul pada umur yang lebih muda.
Dua-tiga puluh tahun
kemudian, pada orang yang mengidap kolesterol tinggi, mulai muncul penyakit
jantung koroner dan atau stroke, termasuk bentuk komplikasi kegemukan lainnya.
Risiko kanker, salah satu yang lainnya. Itu semua yang berakibat umur harapan hidupnya
tidak sepanjang sebayanya yang tidak gemuk.
Kurangi Kalori
Anak yang dari kecil
sudah gemuk, selera makannya juga lebih besar. Lama-lama memang menjadi seperti
lingkaran setan. Sudah gemuk tetapi tuntutan makan berlebihnya berlangsung
terus. Untuk menyetopnya tidak selalu mudah.
Apalagi pada yang
umurnya masih bertumbuh, memilih berdiet ketat justru mengganggu kecukupan
nutrisi tubuhnya, termasuk bila memberinya obat kurus. Berdiet dan memberinya
obat tidak dianjurkan.
Yang mungkin dilakukan,
berangsur-angsur mengurangi asupan kalorinya. Pilihlah menu yang lemaknya
minimal, batasi yang serba manis, dan hapuskan kebiasaan mengudap camilan serta
jajan.
Di lemari es tidak lagi
boleh ada kue, biskuit, donat, dan camilan apa pun, dan tukar dengan buah, ubi,
dan ketela rebus. Termasuk tidak boleh ada lagi jenis minuman ringan, cokelat,
permen, keripik, dan gorengan apa pun.
Sambil mengurangi jenis
makanan berlemak dan manis, aktivitas fisik perlu ditambah. Ajak lebih banyak
berjalan kaki, berolahraga, dan tidak malas mengerjakan urusan pribadi sendiri.
Tujuannya agar kalori
yang masuknya berlebih akan dihabiskan oleh kegiatan fisik yang ditambah,
sehingga timbangan gizinya menjadi kembali seimbang. Kalori yang masuk sama
besar dengan yang dikeluarkan.
Hal lain, ASI eksklusif
harus dikampanyekan terus. Hanya anak yang diberi bukan ASI yang akan berisiko
kegemukan. Anak yang diberi ASI tidak berisiko kegemukan karena formula ASI
bersesuaian dengan kebutuhan gizi tubuh bayi.
Apalagi bila jadwal
pemberian susu formulanya melebihi porsi. Setelah berumur 6 bulan jadwal
pemberian susu dikurangi oleh jadwal pemberian makanan tambahan pertama, yakni
bubur susu, biskuit, dan buah, sehingga tinggal 3-4 kali saja lagi.
Setelah berumur setahun
mungkin tinggal dua kali minum susu saja. Kelebihan jadwal makan dan minum
sumber penyebab kegemukan juga.
Menu Seimbang
Diet yang tepat untuk
anak yang kegemukan, sama seperti anak normal lainnya, yakni menu seimbang.
Menu yang porsi karbohidratnya duapertiga dari total kalori, seperlimanya dari
lemak, dan sepertujuhnya dari protein. Sayur-mayur dan buah sedikitnya empat
porsi.
Selain itu, di meja
makan rumah memilih menu alami yang diolah sendiri, bukan menu olahan, apalagi
jenis menu siap saji atau menu "ampas" junkfood. Selain bukan menu
seimbang, bukan menu rumah banyak dibubuhi zat adiktif yang semuanya tidak
menyehatkan.
Selain bikin kegemukan,
pencetus kanker (kasninogenik), menu restoran juga merusak lidah anak. Bila
terbiasa mengonsumsi menu restoran, anak menjadi tidak menyukai menu rumah lagi
karena cenderung sudah mencintai menu gurih (sebab lemaknya berlebih), yang
lebih sedap (sebab diberi bumbu penyedap lebih banyak), dan spicy (beraneka
bumbu tambahan, banyak memakai minyak goreng, kaldu, gajih, jeroan).
Ubahlah kembali ke menu
rumah. Biarkan anak mengendalikan makannya secara alami. Hanya makan apabila
muncul rasa lapar saja, dan tidak mengumbar makan kapan saja setiap kali
melihat makanan enak (lapar mata). Untuk itu perilaku makan perlu disetel ulang
(re-set) menjadi hanya makan kalau sedang merasa lapar saja, dan tidak makan
kendati sedang tidak merasa lapar.
Ajarkan kepada anak
pandai memilih mana menu yang sehat dan mana yang jahat. Semua yang gurih pasti
jahat lantaran kaya kandungan lemak. Belum tentu menu yang tinggi harganya,
yang lebih mahal, tentu lebih bergizi dan menyehatkan. Justru menu yang
sederhana, yang masih segar dan bukan barang impor, itulah yang lebih
menyehatkan.
Pola makan tetap tiga
kali, tetapi porsi karbohidratnya (nasi, roti, mi, kentang) dikurangi. Begitu
juga menu berlemaknya. Pilihlah lemak tidak jenuh (minyak zaitun, minyak
jagung), dan tukar protein daging dengan protein dari ikan dan unggas (ayam
kampung). Minumlah jenis susu rendah lemak (susu skim), mengganti camilan
dengan buah, dan menambah porsi sayur-mayur dan buah menjadi sedikitnya empat
kali sehari.
Menu yang sehat
cenderung tidak digoreng melainkan dikukus (tim) atau dipepes. Latihlah anak
agar berhenti makan sebelum kenyang. Setiap kali merasa lapar tetapi belum
waktunya jam makan, "sumpal" dengan ketela, kentang rebus, atau buah.
Sumber :
Gayahidupsehatonline.com