Lemak di perut adalah
lemak paling berbahaya. Lemak yang berada di perut bagian dalam ini bakal
mengeluarkan asam lemak bebas dan puluhan hormon yang bakal menimbulkan beragam
masalah seperti menaiknya tekanan darah, terjadinya resistensi insulin, dan
masih banyak masalah lain yang cukup berraaat seperti munculnya penyakit
jantung dan stroke.
Karena itu, Anda layak
waspada dan rajin menjaga agar lingkar pinggang tetap ramping. Karena
dengan logika yang sudah dijelaskan ini, itu artinya makin besar lingkar
pinggang, Anda makin berisiko menderita sakit.
Lingkar pinggang yang
aman untuk pria, kurang dari 90 cm, sedangkan wanita, kurang dari 80 cm. Lebih
dari angka itu, artinya perut Anda kelebihan lemak. Itu bisa menjadi peringatan
bahwa Anda berisiko tinggi kena penyakit diabetes tipe-2, kolesterol tinggi
yang tak terkontrol, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Berikut ini
cara mengukur lingkar pinggang dengan benar:
Tak Semua Lemak
Berbahaya Bagi Kesehatan
Lemak yang terdapat di
dalam makanan terdiri dari beberapa jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh
(saturated fatty acid) dan asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid).
Lemak jenuh cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida, yang
merupakan komponen-komponen lemak di dalam darah yang berbahaya bagi kesehatan.
Bahan makanan yang
banyak mengandung lemak jenuh adalah lemak hewan, lemak susu, mentega, keju,
cream, santan, minyak kelapa, margarin, kue-kue yang terbuat dari bahan
tersebut dan lain-lain. Sebaliknya, lemak tidak jenuh yang terdiri dari lemak
tidak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid/MUPA) dan lemak tidak jenuh
ganda (polyunsaturated fatty acid/PUFA) dapat mengurangi kadar kolesterol dan
trigliserida darah.
Lemak tidak jenuh
terdapat banyak dalam minyak kedelai, minyak zaitun, dan minyak ikan. Saat ini
banyak diteliti tentang asam lemak tidak jenuh omega-3 yang banyak terdapat
dalam minyak ikan. Manfaat omega-3 antara lain dapat menurunkan kadar lemak
darah (kolesterol dan trigliserida) dan dapat mencegah pembekuan darah yang
disebabkan butir-butir pembekuan darah (trombosit) yang merupakan hal yang
penting dalam mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah arteri. Oleh
karena itu, tidak semua lemak berbahaya bagi kesehatan, karena asam lemak tidak
jenuh melindungi jantung dan pembuluh darah dengan cara menurunkan kadar
kolesterol dan trigliserida darah.
Kadar lemak darah yang
tinggi.
Kadar lemak darah yang
tinggi (dislipidemia) merupakan suatu keadaan didapatinya penumpukan yang
berlebihan dari beberapa komponen lemak di dalam darah. Biasanya ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma, terutama berupa kenaikan
kadar kolesterol total (KT), kolesterol-LDL (K-LDL), trigliserida (TG), serta
penurunan kadar kolesterol-HDL(K-HDL). Dalam proses terjadinya kekakuan pada
dinding pembuluh darah (aterosklerosis) semuanya komponen lipid di atas
memegang peranan penting dan sangat erat kaitannya satu sama lain.
Peningkatan kadar lemak
darah pada akhir-akhir ini mendapat perhatian luas dikalangan masyarakat,
terutama pada orang-orang yang asupan lemaknya (yang masuk ke dalam tubuh
melalui makanan/minuman) cukup tinggi dan kurang bergerak. Berdasarkan
penelitian di berbagai negara didapatkan hasil bahwa dengan meningkatnya asupan
lemak menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol darah, dan penelitian lain
membuktikan adanya hubungan antara meningkatnya asupan lemak dengan penyakit
jantung koroner (PJK).
Kelompok masyarakat yang
banyak menggunakan minyak goreng, margarine ataupun mentega dengan disertai
makanan hewani berpeluang mengalami asupan lemak yang tinggi. Penelitian di
Israel menunjukkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol darah pada imigran
sejalan dengan asupan minyak yang meningkat dan berhubungan pula dengan
meningkatnya PJK.
Sehubungan dengan
meningkatnya kejadian PJK tersebut maka lemak yang perlu mendapat perhatian
adalah lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda dan
kolesterol.
Lemak jenuh.
Lemak jenuh merupakan
penyebab utama meningkatnya KT dan K-LDL (kolesterol "jahat") darah,
yang akhirnya menyebabkan aterosklerosis dan PJK. Salah satu sumber lemak jenuh
adalah minyak goreng yang sering terdapat di dalam masakan sehari-hari terutama
minyak kelapa atau kelapa sawit.
Juga, minyak goreng yang
telah dipakai (jelanta) dapat menjadi lemak jenuh, yang tergantung pada lamanya
pemanasan, suhu, dan komposisi asam lemak itu sendiri. Selain daripada minyak
goreng, lemak jenuh banyak didapati pada lemak terhidrogenasi yang banyak
didapati pada mentega dan margarine, yang berperan di dalam meningkatkan
kolesterol-LDL dan menurunkan kolesterol HDL (kolesterol "baik") yang
melindungi jantung dan pembuluh darah.
Lemak tidak jenuh
tunggal.
Berdasarkan penelitian
di negara-negara Timur Tengah yang penduduknya banyak menggunakan minyak zaitun
dalam makanannya sehari-hari, didapatkan hasil bahwa kejadian PJK lebih jarang
dibandingkan dengan orang Amerika. Hal ini disebabkan minyak zaitun banyak
mengandung lemak tidak jenuh tunggal yang dapat menggantikan penggunaan lemak
jenuh dan lemak tidak jenuh ganda. Demikian pula, hasil yang didapat dari
penelitian-penelitian lainnya bahwa asam lemak tidak jenuh tunggal menurunkan
kadar kolesterol darah maupun kolesterol-LDL.
Lemak tidak jenuh ganda.
Lemak tidak jenuh ganda
terbukti menurunkan kadar kolesterol darah. Hal ini banyak didapati pada minyak
jagung, kedelai, wijen, bunga matahari dan ikan. Seorang sarjana yang bernama
Schlierf dan kawan-kawan pada tahun 1979 membuktikan bahwa minyak jagung dan
wijen secara nyata dapat menurunkan kadar kolesterol darah sebesar 23 % dan 16
%.
Penelitian terhadap
masyarakat Eskimo menunjukkan rendahnya kejadian PJK pada mereka, karena banyak
menggunakan ikan dalam makanannya sehari-hari yang mengandung omega-3. Demikian
pula halnya dengan laporan penelitian dari Inggris, Swedia, Amerika dan Jepang
yang memperlihatkan bahwa lemak tidak jenuh ganda berperan dalam mencegah PJK.
Perlu diperhatikan
Keadaan gizi seseorang
terutama ditentukan oleh ketersediaan zat-zat makanan pada sel-sel tubuh dalam
jumlah yang cukup dan dalam komposisi zat-zat makanan yang tepat yang
diperlukan tubuh untuk tumbuh, berkembang dan berfungsi normal. Oleh karena
itu, pada prinsipnya keadaan gizi seseorang ditentukan oleh dua hal, yaitu
asupan zat-zat makanan yang berasal dari makanan yang diperlukan tubuh dan
peran faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan dan penggunaan
zat-zat makanan tertentu. Hal yang terakhir ini ditentukan oleh pola konsumsi
makanan dan aktivitas sehari-hari.
Pada dasarnya, pola
konsumsi makanan merupakan hasil budaya masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor manusia itu sendiri, seperti kebiasaan makan, pendapatan
keluarga dan pengetahuan gizi. Kebiasaan makan keluarga sangat penting
diperhatikan karena sikap terhadap makanan menunjukkan adanya hubungan antara
makanan dan kesehatan.
Kesukaan yang berlebihan
terhadap suatu jenis makanan yang disebut sebagai faddisme makanan akan
mengakibatkan kurang bervariasinya makanan dan akan menyebabkan tubuh tidak
memperoleh semua zat-zat makanan yang diperlukan. Kehidupan modern yang serba cepat,
tersedianya fasilitas pelayanan makanan baik berupa warung, cafetaria, atau
tempat-tempat penjualan makanan yang dapat dihidangkan dan dimakan secara
praktis dan cepat sering mendorong tumbuhnya faddisme makanan tersebut.
Asupan zat-zat makanan
ke dalam tubuh juga dipengaruhi oleh berat ringannya aktivitas atau pekerjaan
seseorang. Pada orang dewasa, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan
tubuh, tetapi semata-mata untuk mempertahankan keadaan gizi yang telah didapat
atau membuat keadaan gizi menjadi lebih baik.
Dari uraian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa asupan zat-zat makanan seseorang selain
ditentukan oleh pola konsumsi makanan yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan manusia itu sendiri juga ditentukan oleh berat ringannya aktivitas
seseorang. Oleh karena itu, agar tubuh sehat, di dalam memilih jenis makanan
terutama makanan yang banyak mengandung lemak hendaknya mengkonsumsi lemak yang
tidak jenuh serta menyesuaikan banyaknya asupan zat-zat makanan dengan berat
ringannya aktivitas atau pekerjaan sehari-hari (dr.Pirma Siburian Sp PD, dokter
spesialis penyakit dalam yang mendalami penyakit lansia/Geriatri).
Sumber: Waspada.co.id